Beranda | Artikel
Tafsir Surat An-Naba Ayat 31 – 40 (Bagian Kedua - Selesai) – Tafsir Juz Amma
Rabu, 20 Maret 2019

Tafsir Surat An-Naba’ Ayat 31 – 40 (Bagian Kedua – Selesai)

Artikel Sebelumnya: Tafsir Surat An-Naba’ Ayat 1 – 30 (Bagian Kesatu)

Setelah Allah Subhanallahu wata’ala menyebutkan tentang kesudahan orang-orang kafir dan bagaimana siksaan yang akan mereka dapatkan di neraka, Allah Subhanallahu wata’alamulai menyebutkan tentang kesudahan kaum mukminin yang mendapatkan balasan surga. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman :

31) إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازاً

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapatkan kemenangan”

مَفَازاً diambil dari kata al-fauz, yang artinya adalah keselamatan dan kemenangan. Karenanya padang pasir dinamakan dengan “Mafaazah” sebagai bentuk tafaa’ul (berharap) kebaikan, agar orang yang melintasi padang pasir bisa meninggalkannya dengan selamat. Sebagaimana orang-orang Arab menamakan orang yang sakit dengan “saliim” yang artinya orang yang sehat, dengan harapan agar ia segera sehat.

Lalu Allah berfirman :

32) حَدَائِقَ وَأَعْنَاباً

“Mereka akan mendapatkan kebun-kebun, taman-taman, dan buah anggur”,

Allah menjelaskan tentang hakikat kemenangan (mafaazaa) yaitu masuk surga yang berisi kebun-kebun dan taman-taman. Tidak dikatakan hadiiqoh kecuali mencakup buah-buahan yang bermacam-macam. Dan diantara isi taman-taman tersebut adalah buah anggur yang dikhususkan penyebutannya karena ledzatnya atau karena banyaknya.

Tentunya ini adalah diantara kenikmatan yang Allah Subhanallahu wata’ala sediakan untuk mereka. Di dalam surga akan disediakan buah-buahan akan tetapi buah-buahan tersebut tidak akan sama dengan di dunia.

Diantara kenikmatan lainnya adalah Allah Subhanallahu wata’ala akan memberikan kepada mereka bidadari. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

33) وَكَوَاعِبَ أَتْرَاباً

وَكَوَاعِبَ dalam bahasa arab adalah para gadis-gadis muda yaitu bidadari yang memiliki buah dada yang bulat yang tidak renggang dan tidak turun.

نِسَاءٌ كَوَاعِبُ : تَكَعَّبَتْ ثَدْيُهُنَّ وَتَفَلَّكَتْ أَيْ صَارَ ثَدْيُهُنَّ كَالْكَعْبِ فِي صُدُوْرِهِنَّ

Para wanita kawa’ib : buah dada mereka membentuk seperti ka’ab (mata kaki) dan membulat, yaitu buah dada mereka seperti mata kaki yang menempel di dada-dada mereka. (Fathul Qodiir 5/445)

Para bidadari tersebut umurnya rata-rata, tidak tua tidak juga terlalu kecil yaitu sekitar umur 30 – 35 tahun. Allah Subhanallahu wata’ala menyediakan bidadari yang sebaya dengan mereka dimana para pemuda mencapai puncak muda yang paling baik sekitar 33th umur. Dan semua bidadari umurnya sama sebaya diantara mereka.

Kemudian diantara nikmat yang Allah Subhanallahu wata’ala berikan yaitu :

34) وَكَأْساً دِهَاقاً

“Dan gelas-gelas yang penuh (dengan minuman)”

Kata para ulama, كَأْساً dalam bahasa arab digunakan untuk khamr. Maka Allah Subhanallahu wata’ala akan menyediakan khamr-khamr di dalam gelas-gelas tersebut sebagai minuman para penghuni surga. Minum khamr di dunia hukumnya haram mengonsumsinya, tetapi bagi para penghuni surga hukumnya boleh meminum khamr. Khamr di akhirat juga berbeda dengan khamr yang ada di dunia.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

35) لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْواً وَلَا كِذَّاباً

“Mereka tidak akan mendengar perkataan yang sia-sia maupun yang dusta”

Karena surga adalah darus salam (tempat penuh keselamatan), tidak akan ada gangguan sama sekali dan tidak pula ada yang sia-sia.

36) جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَاباً

“Sebagai balasan dan pemberian yang cukup banyak dari Rabbmu”

Hisaaban artinya kaafiyah : cukup dan banyak. Disini terlihat metode Al-Quran, setelah disebutkan tentang neraka jahannam, Allah Subhanallahu wata’ala kemudian menyebutkan tentang surga. Sehingga ada metode targhib wa tarhib. Tarhib yaitu Allah Subhanallahu wata’ala memberi rasa takut kepada kaum mukminin tentang dahsatnya neraka jahannam. Tetapi terdapat targhib yaitu Allah Subhanallahu wata’ala juga memotivasi dan memberi semangat kepada kaum mukminin tentang lezatnya dan indahnya surga.

Setelah itu Allah Subhanallahu wata’ala berfirman :

37) رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الرَّحْمَنِ لَا يَمْلِكُونَ مِنْهُ خِطَاباً

“Tuhan (yang memilihara) langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya yang Maha Pengasih, mereka tidak mampu berbicara kepada Allah Subhanallahu wata’ala”

Pada hari kiamat semua akan ketakutan tidak berani berbicara kecuali yang diijinkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala.

38) يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفّاً لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَاباً

“Pada hari dimana ruh (malaikat jibril) dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi ijin Allah Subhanallahu wata’ala yang maha pemurah dan Dia yang mengucapkan kata yang benar”

Hari tersebut adalah hari yang paling dahsyat. Tidak ada yang berani berbicara kepada Allah Subhanallahu wata’ala kecuali dengan izin-Nya. Jangankan manusia biasa, para Nabi saja takut untuk berbicara kepada Allah Subhanallahu wata’ala. Tidak ada yang terdengar kecuali desihan-desihan. Tidak ada yang berani berbicara kenapa karena hari tersebut adalah hari yang dahsyat. Pada hari tersebut Allah Subhanallahu wata’ala sedang murka.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

39) ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ مَآَباً

“Itulah hari yang pasti terjadi. barang siapa yang menghendaki niscaya dia akan menempuh jalan kembali kepada Tuhannya”

Barang siapa yang ingin selamat dari dahsyatnya hari kiamat dan dari siksaan neraka jahannam maka carilah jalan yang benar menuju Allah Subhanallahu wata’ala.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman di akhir ayat :

40) إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَاباً قَرِيباً يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَاباً

“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian tentang adzab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Aduhai seandainya waktu dulu aku hanyalah tanah”

Bahwasanya adzab itu dekat yang akan dirasakan oleh orang-orang yang berbuat dzhalim. Para pelaku maksiat akan diadzab di alam barzakh sebelum diadzab di neraka jahannam. Adapun orang-orang kafir akan didatangkan kepada mereka adzab pada hari kiamat kelak dengan azab yang lebih pedih yaitu ketika di neraka jahannam.

Pada hari tersebut semua akan diingatkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala, apa yang telah mereka lakukan di dunia dan akan diperlihatkan di hadapan mereka. Catatan amalnya akan dibukakan di hadapan mereka. Mereka akan melihat secara detail setiap perbuatan yang telah mereka lakukan selama di dunia.

Pada hari tersebut seorang kafir akan berkata, “Aduhai seandainya waktu dulu aku hanyalah tanah”. Ini menunjukkan akan penyesalannya di hari kiamat kelak. Dia tidak ingin menjadi manusia yang disidang kemudian diadzab oleh Allah Subhanallahu wata’ala. Lalu dia berangan-angan seandainya dia dulu hanyalah tanah, yang tidak akan dihisab, tidak akan disidang, dan tidak akan di adzab. Tetapi menyesal pada hari kiamat tidak ada manfaatnya.

Pada hari kiamat kelak, Allah Subhanallahu wata’ala akan menegakkan semua hak. Nabi Shallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ، مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ

“Sungguh kalian akan mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya pada hari kaimat, sampai hak kambing yang tidak bertanduk akan diambil/dikembalikan dari kambing yang bertanduk” (HR Muslim No. 2582)

Dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu beliau berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى شَاتَيْنِ تَنْتَطِحَانِ، فَقَالَ: “يَا أَبَا ذَرٍّ هَلْ تَدْرِي فِيمَ تَنْتَطِحَانِ؟ ” قَالَ: لَا. قَالَ: “لَكِنَّ اللهَ يَدْرِي، وَسَيَقْضِي بَيْنَهُمَا

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat dua ekor kambing saling tanduk menanduk, maka Nabi berkata, “Wahai Abu Dzar apakah engkau tahu kenapa mereka saling tanduk menanduk?”. Abu Dzar berkata, “Tidak tahu”. Mak Nabi berkata, “Akan tetapi Allahu tahu, dan Allah akan menghukum diantara kedua kambing tersebut” (HR Ahmad no 21438 dengan sanad yang hasan)

Hendaklah diingat bahwasanya seseorang yang haknya dicuri di dunia akan dikembalikan oleh Allah Subhanallahu wata’ala pada hari kiamat. Tidak ada hak yang benar-benar hilang. Jika kita didzhalimi di dunia maka kita akan didimenangkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala pada hari kiamat kelak. Jika kita menang karena dzhalim di dunia maka kita akan dikalahkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala pada hari kiamat.

Bahkan bentuk adil-Nya Allah Subhanallahu wata’ala, kambing yang tidak bertanduk akan dimenangkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala atas kambing yang bertanduk, dan kambing yang bertanduk akan disiksa Allah Subhanallahu wata’ala. Namun setelah diadakan persidangan diantara kambing tersebut, mereka akan diubah menjadi tanah oleh Allah Subhanallahu wata’ala. Tidak seperti manusia diantara mereka ada yang akan mendapatkan surga dan ada yang mendapatkan neraka. Adapun hewan, tidak ada surga dan neraka diantara mereka. Meskipun mereka tetap saja disidang sebagai bentuk menampakkan keadilan Allah.

Tatkala orang-orang kafir melihat bagaimana hewan-hewan tersebut, mereka pun mengatakan: “seandainya kami adalah para hewan yang disidang menjadi tanah”. Tetapi perkaranya tidaklah demikian, setelah para manusia disidang selanjutnya tidak ada pilihan bagi mereka kecuali dimasukkan ke surga atau ke neraka Jahannam.

Selesai…

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/2638-tafsir-surat-an-naba-ayat-31-40-bagian-kedua-selesai-tafsir-juz-amma.html